Pada suatu hari, ada seorang anak perempuan yang bernama Senja
Senja tinggal di pesisir pantai dengan keluarga dan teman - temannya
Setiap hari Senja selalu bermain di tepi pantai
Berlari - larian bersama teman - temannya
Bermain ombak atau kadang hanya sekedar menikmati indahnya matahari senja
Matahari yang sangat indah, seperti namanya
![](https://ayeshabilqis.files.wordpress.com/2013/02/img_2225-copy.jpg)
Waktu berjalan begitu cepat diiringi dengan deburan ombak dan angin laut
Senja tumbuh menjadi gadis yang baik hati dan tegar
Pada suatu pagi, Senja berjalan menyusuri pantai yang masih sepi sambil menikmati air laut yang sesekali membasuh kaki - kakinya
Tiba - tiba langkah Senja terhenti. Ia melihat sesuatu. Ia pun memutuskan untuk mendekatinya
Ternyata itu adalah surat impian.
Surat impian adalah sebuah surat di dalam botol. Surat ini dikirim oleh seseorang di negeri seberang lautan sana. Negeri itu adalah negeri yang sangat indah dan makmur, walaupun penduduk pesisir pantai tak tau pasti akan keadaan negeri di seberang sana karena hanya sedikit sekali orang yang kembali ke pantai ini setelah mengunjungi negeri di seberang sana, sisanya mereka telah hidup bahagia di negeri itu. Itulah kabar tentang negeri itu menurut orang- orang yang kembali ke pantai ini.
Tidak semua gadis berhasil mendapatkan surat impian, walaupun banyak sekali surat - surat impian yang dikirim dari orang - orang di negeri itu. Lautan yang sangat luas, ombak yang besar, dan angin yang tidak bersahabat menjadi alasan mengapa surat - surat impian itu tidak semuanya sampai di pesisir pantai. Gadis yang mendapatkan surat impian berarti suatu saat akan datang sebuah kapal yang datang untuk menjemputnya dan membawanya ke negeri di seberang lautan. Tapi tak ada yang tau pasti kapan dan siapa yang mejemputnya. Gadis itu akan dijadikan putri oleh sang pelaut yang membawanya ke negeri itu. Gadis itu akan diberi harta, pendidikan, dan juga dinikahkan oleh pangeran dari negeri itu atau negeri lainnya.
Bagi gadis itu yang tidak mendapatkan surat impian, mereka melanjutkan kehidupan di pesisir pantai seperti yang dilakukan Ibunya Senja.
Takjub, senang, dan tidak percaya. Itulah yang dirasakan Senja. Ia membuka botol itu dan membacanya.
Untuk putri diseberang lautan sana
Kau pasti sosok putri terindah yang akan dianugerahkan Tuhan untukku
Aku sangat bersyukur jika surat ini sampai ke tanganmu
Tunggu aku putriku, aku akan menjemputmu
Doakan aku agar dapat mengarungi lautan yang dahsyat ini dengan selamat
Karena hanya doamu yang menjadi petunjukku untuk menemukanmu
Tak terasa tetes - tetes air mengalir dari mata Senja membasahi pipinya, jatuh dan menyatu dengan air laut. Haru biru rasanya.
Sejak saat itu Senja memutuskan untuk selalu menunggu kapal yang akan menjemputnya di tepi pantai. Senja takut akan kehilangan impiannya, takut, sangat takut. Berhari - hari Ia menunggu di tepi pantai, Ia tidak pulang ke rumah, makanannya pun harus diantarkan ke tepi pantai.
Pada hari ke -4 penantian Senja, Karang , sahabat Senja membulatkan tekad untuk berbicara dengannya. Karang tau apa yang sedang dialami Senja.
"Senja, untuk apa kau menunggu kapal itu terus disini? Bukankah kau tau bahwa kapal dan pelaut dari negeri seberang sana pasti akan datang pada saatnya nanti?", Karang bertanya.
"Iya aku tau Karang, untuk itulah aku di sini. Jika aku pulang ke rumah, bagaimana jika saat kapal itu datang aku tidak tau atau ada gadis yang lain yang sudah lebih dulu dibawa oleh kapal itu? Aku akan kehilangan impianku Karang.",jawab Senja.
Karang tersenyum dan Ia berkata, "Senja aku tau akan ketakutanmu, tetapi menunggu kapal itu di sini dengan berdiam adalah sia - sia. Kita yakin pasti kapal itu akan datang. Lebih baik kau pulang, kau siapkan baju terbaikmu, sepatu terbaik untuk kau kenakan saat kapal itu menjemputmu. Tidakkah kau juga ingin memberikan sang pelaut hadiah dan mungkin saja buah - buahan untuk bekalmu selama perjalanan nanti? Aku yakin sang pelaut sangat bahagia dan bangga jika Ia menemui seperti itu bukan putri seperti Senja yang sekarang, putri yang hanya memakai pakaian lusuh tanpa alas kaki."
Senja diam sejenak, Ia memikirkan perkataan Karang. Benar juga, batinnya. Senja berkata,"Tapi bagaimana jika aku ketinggalan kapal itu Karang?". Karang tersenyum lagi dan menjawab,"Aku yang akan memberi taumu jika ada kapal yang datang. Aku akan ke sini setiap hari."
Senja pun tersenyum, Ia bersyukur sekali mempunyai teman seperti Karang. Senja dan Karang pun pulang meninggalkan pantai yang akan segera gelap.
Sejak hari itu, setiap hari Senja pergi ke kebun untuk menanam dan merawat buah - buahannya. Ia ingin membawa buah - buahan terbaiknya nanti. Ia juga mulai menjahit baju yang akan dikenakannya. Perlahan - lahan tapi pasti Ia menjahit baju itu dengan segenap hati. Tidak lupa juga ia membuat rajutan untuk dihadiahkan kepada sang pelaut kelak. Ia melakukan semuanya dengan segenap hati yang tulus.
Sampailah pada hari kedatangan sebuah kapal, hari masih pagi. Karang berlari ke rumah Senja sambil berteriak memanggil Senja.
"Ada apa Karang, kenapa kamu lari - lari?" , jawab Senja.
" Senja ada kapal datang di pantai, ayo kita ke sana.", jawab Karang
Senja pun sangat bahagia dia berlari ke pantai bersama Karang.
Sesampainya di pantai, langkah Senja tehenti. Dadanya terasa sangat sesak seperti ada yang menusuknya. Tubuh Senja lemas dan jatuh berlutut. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya, air matanya pun kembali jatuh dan menyatu dengan air laut tapi kali ini bukan haru yang dirasa melainkan sakit yang amat sangat di hatinya. Karang hanya bisa iba melihat sahabatnya itu.
"Karang... kau bohong karang, kau bohong padaku. Kau bilang aku tidak akan ketinggalan perahu jika aku pulang ke rumah. Sekarang lihatlah, lihat, lihat dengan matamu sendiri. Kapal itu telah pergi dan membawa gadis lain Karang. Aku kehilangan impianku Karang.", Senja berbicara sambil berteriak dan terisak- isak.
"Tenang dulu Senja, tenang... Mungkin itu bukan kapalmu.. Mungkin..."belum sampai Karang berbicara selesai, Senja langsung berdiri dan berteriak "Andai aku tak pernah menuruti omonganmu, aku tidak akan kehilangan impianku. Aku membencimu Karang." Senja langsung berlari ke rumahnya sambil menangis.
Sejak saat itu Senja hanya di rumah. Ia merenung di kamarnya sambil sesekali melanjutkan merajut. Ia berpikir telah kehilangan impiannya dan Ia harus menyatukan hatinya lagi untuk melanjutkan kehidupannya di pantai ini.
Sementara itu, Karang masih merasa sangat bersalah, Ia masih terus pergi ke pantai setiap hari untuk menunggu kapal yang akan menjemput Senja. Tak henti - hentinya Ia memohon kepada Tuhan agar akan ada kapal lagi yang segera datang dan menjemput Senja. Karang selalu yakin kapal akan selalu datang untuk yang menunggunya.
Beberapa minggu setelah itu, datanglah sebuah kapal yang lebih besar dari sebelumnya. Kapal itu sangat indah dan megah. Kali ini bukan Karang yang pertama kali menemui kapal ini tapi Senja sendiri yang menemui kapal ini. Saat itu Senja ingin melarungkan ke laut semua hadiah dan baju yang gagal Ia bawa pergi, Ia ingin mengikhlaskan semuanya. Tetapi Senja melihat kapal itu, Senja terpukau dengan pesona kapal itu.
Sang pelaut pun turun dari kapalnya, perhatiannya langsung tertuju pada Senja yang membawa banyak sekali barang dan buah - buahan .
"Nak, kamu sedang apa di sini? Mengapa membawa barang - barang itu?", tanya Sang Pelaut.
"Hmm.. Aku ingin melarungkan barang - barang ini ke laut, tadinya aku ingin membawa barang - barang ini pergi ke negeri seberang naik kapal bersamaku, tapi aku ketinggalan kapal, jadi aku pikir sudah tidak ada lagi gunanya ini.", jawab Senja.
"Ayolah Nak, tidak ada ketinggalan kapal. Yang ada hanya kapalmu belum datang. Lihatlah baju dan sepatu ini indah sekali. Hei ada buah - buahan yang segar - segar pula. Maukah kau ikut denganku ke negeri seberang Nak? Nanti akan ku kenalkan kau dengan anak lelaki. Maaf siapa namamu?",tanya Sang Pelaut.
"Namaku Senja, aku sangat mau Pelaut.",jawab Senja bersemangat.
"Tapi sebelumnya Nak. sebetulnya Aku juga sedang mencari anak lelaki di sini. Apakah kau kenal dengan...", belum sempat Sang Pelaut menyelesaikan pertanyaannya, Karang muncul dan menyapa Sang Pelaut.
"Hai Ayah, apa kabar? Senang sekali melihatmu kembali.", sapa Karang.
"Hai Karang... Aku baik - baik saja Nak, bagaimana keadaanmu? Kau terlihat sangat tampan dan tegap sekarang, Nak.",jawab Sang Pelaut.
Senja yang bingung dengan apa yang dilihatnya, hanya bisa menganga melihat semuanya.
"Senja kau pasti bingung. Ini adalah Ayahku. Ayah yang pernah ku ceritakan padamu, Ia meninggalkanku saat aku berumur 7 tahun di sini untuk membangun kehidupan yang lebih baik di negeri seberang sana. Sekarang setelah 10 tahun berlalu, ayahku menepati janjinya untuk menjemputku. Itulah mengapa Senja, aku selalu meyakinkan kau bahwa kapalmu akan datang suatu saat nanti karena sejatinya aku sama seperti kau selalu berharap bahwa kapalku juga akan datang menjemputku untuk membawaku ke negeri seberang.", Karang menjelaskan.
Bahagia, takjub, dan tak percaya itulah yang dirasakan Senja. Sekali lagi air matanya jatuh dan menyatu dengan air laut. Air mata itu bentuk kebahagiannya.
![](https://pixabay.com/static/uploads/photo/2014/10/11/11/01/boat-484470_960_720.jpg)
Senja dan Karang pun berlayar dengan kapal indah nan megah itu bersama Sang Pelaut, Ayah Karang. Mereka sampai di negeri seberang dengan selamat. Senja dan Karang pun menikah beberapa tahun setelahnya. Senja paham akan selalu ada kapal yang tepat untuk menjemput setiap yang menunggu. Ia paham tidak ada gunanya menunggu dengan berdiam diri dan menangisi kapal yang pergi yang memang bukan ditakdirkan untuk dirinya. Lebih baik Ia menyiapkan semua yang terbaik untuk keberangkatannya bersama kapal yang tepat. Toh kapal itu akan tetap berlayar sesuai dengan petunjuk dan arah dari doa - doa yang disampaikan kepada Tuhan.
Senja, Karang dan Sang Pelaut hidup bahagia selama - lamanya.
THE END
Komentar
Posting Komentar